Makassar Atasi Stunting Melalui Program Rumah Gizi

Pemerintah Kota Makassar berkomitmen untuk mengatasi masalah stunting yang mengancam perkembangan anak-anak. Salah satu langkah nyata yang diambil adalah meluncurkan program Rumah Gizi yang melibatkan berbagai pihak terkait dalam upaya ini.

Dalam pelaksanaannya, program ini melibatkan kepala puskesmas dan petugas gizi di 47 puskesmas di seluruh Kota Makassar. Kegiatan sosialisasi yang berlangsung di Balai Kota Makassar ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas dan pengetahuan tenaga medis mengenai gizi anak.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Makassar, Melinda Aksa, menyatakan bahwa program Rumah Gizi sangat penting untuk mendukung pengurangan angka stunting. Menurutnya, puskesmas memiliki peran krusial dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

“Puskesmas harus menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan. Untuk itu, penting bagi kita untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia di bidang kesehatan,” lanjut Melinda. Ia percaya bahwa rumah gizi bukan hanya sekedar tempat intervensi, melainkan juga pusat edukasi bagi keluarga.

Melinda juga menjelaskan bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap stunting, bukan hanya kurangnya asupan nutrisi, tetapi juga kurangnya edukasi tentang gizi yang diterima oleh keluarga. Sinergi antara puskesmas, posyandu, dan kader PKK menjadi sangat penting dalam hal ini.

“Kami memiliki banyak kader dan posyandu yang siap membantu. Penting bagi kita untuk memastikan mereka mendapatkan pelatihan yang memadai untuk mendukung keluarga, terutama ibu hamil dan balita,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu, ia menekankan bahwa kepala puskesmas perlu aktif berkontribusi dalam membina wilayah masing-masing. Meskipun mereka memiliki tugas administratif, pelayanan langsung kepada masyarakat harus tetap menjadi prioritas.

“Bersama-sama kita akan menciptakan generasi yang lebih sehat dan berkualitas di Makassar. Kolaborasi adalah kunci utama untuk mencapai tujuan ini,” tegas Melinda.

Pentingnya Pemantauan Gizi Sejak Dini untuk Kesuksesan Program Dr. Tan Shot Yen, seorang dokter ahli gizi masyarakat, menjelaskan betapa krusialnya pemantauan status gizi anak sejak dini, terutama sepanjang 1.000 hari pertama kehidupan. Ia memberikan pelatihan tentang cara membaca grafik pertumbuhan anak yang terdapat dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Dengan pemahaman yang tepat mengenai pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan indeks massa tubuh (IMT), diharapkan para kader dapat membantu orang tua memantau pertumbuhan anak. “Informasi ini sangat penting untuk mendeteksi masalah potensi gizi,” kata dr. Tan.

Dr. Tan juga membagikan beberapa tips untuk mendorong partisipasi ibu dalam pemantauan gizi anak. Ia menekankan bahwa pendekatan yang ramah dan dukungan emosional dari kader posyandu bisa membantu menciptakan suasana yang nyaman untuk ibu-ibu.

“Jangan hanya fokus pada angka, tetapi berikan pujian dan dorongan bagi para ibu. Dengan cara ini, mereka akan lebih termotivasi untuk terus mengunjungi posyandu,” jelas dr. Tan.

Di akhir penjelasannya, dr. Tan mengapresiasi peran aktif yang dimainkan oleh Melinda Aksa dalam memimpin program ini. Ia menilai kepemimpinan Melinda berhasil menggabungkan langkah-langkah masyarakat dengan strategi program yang berkelanjutan.

Praktik Baik dari Rumah Gizi di Wilayah Kaluku Bodoa Narasumber lain, dr. Rudy Lautan, menjelaskan tentang praktik baik yang telah diterapkan di Rumah Gizi Kaluku Bodoa, Kelurahan Panampu. Ia menekankan bahwa rumah gizi bukan hanya tempat untuk memberikan tambahan gizi, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran bagi keluarga.

“Kami menyediakan menu lokal yang sehat untuk balita, dan memberikan makanan tambahan untuk ibu hamil yang mengalami kurang energi kronis,” papar dr. Rudy. Ia menambahkan bahwa mereka rutin mengadakan edukasi gizi untuk masyarakat setempat.

Diskusi dalam sosialisasi berlangsung sangat interaktif. Peserta tidak hanya menyimak pemaparan, tetapi juga aktif bertanya dan berbagi pengalaman mengenai tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program rumah gizi.

“Kita perlu saling bertukar informasi dan saling mendukung. Hal ini penting untuk mengatasi tantangan yang ada,” ungkap dr. Rudy. Ia berharap, dengan implementasi yang baik, program ini bisa berdampak signifikan bagi penurunan prevalensi stunting di Makassar.

Melalui kegiatan ini, TP PKK Kota Makassar berharap agar semua unsur layanan kesehatan di tingkat puskesmas dapat memaksimalkan peran rumah gizi dalam mencegah stunting dan memberikan dukungan yang lebih baik kepada keluarga-keluarga yang berisiko.

Membangun Kesadaran Masyarakat untuk Mencegah Stunting Secara Kolaboratif Program Rumah Gizi di Makassar tidak hanya melibatkan tenaga kesehatan, tetapi juga masyarakat secara luas. Keterlibatan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal bagi anak-anak.

Melinda Aksa menuturkan bahwa peran serta masyarakat bisa dimulai dari tingkat keluarga. Edukasi tentang gizi seimbang perlu disampaikan kepada semua anggota keluarga, termasuk anak-anak, agar mereka memahami pentingnya pola makan yang sehat.

“Mari bersama-sama kita galakkan kesadaran tentang gizi di tengah masyarakat. Kami berharap bisa membangun generasi masa depan yang lebih sehat,” ungkap Melinda. Program ini diharapkan dapat menciptakan budaya gizi baik di lingkungan yang lebih luas.

Dengan langkah konkret ini, diharapkan prevalensi stunting di Kota Makassar bisa menurun secara signifikan. Semua pihak diharapkan bekerja sama demi menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus.

Program Rumah Gizi menjadi momentum penting bagi Kota Makassar dalam upaya menanggulangi masalah stunting. Melalui sinergi yang kokoh antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat, upaya ini bisa berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.