Inklusi Pasar Modal Meningkat, Investor Sulsel Capai 409 Ribu SID

Perkembangan pasar modal di Sulawesi Selatan (Sulsel) menunjukkan tren positif yang menarik perhatian banyak pihak. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah investor di wilayah ini mengalami peningkatan yang signifikan. Ini tidak hanya mencerminkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga kesadaran masyarakat tentang pentingnya berinvestasi.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa hingga kuartal pertama 2025, jumlah investor di Sulsel telah mencapai 409.932 Single Investor Identification (SID). Pertumbuhan yang terjadi, sebesar 19,15% secara tahunan, menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang memahami manfaat dari produk investasi dalam pasar modal.

Pendorong Pertumbuhan Investor Pasar Modal di Sulsel Salah satu faktor yang mendorong peningkatan jumlah investor adalah instrumen saham. Menurut Moch Muchlasin, Kepala Kantor OJK Sulsel dan Sulawesi Barat, jumlah investor saham mencatat pertumbuhan 24,39%, mencapai 135.395 SID. Ini merupakan angka yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dalam tiga bulan pertama 2025 saja, telah ada penambahan 6.945 investor baru untuk instrumen ini.

Selanjutnya, nilai transaksi saham juga menunjukkan performa yang kuat. Total transaksi saham hingga Maret 2025 mencapai Rp6,09 triliun, berkontribusi lebih dari 27% dari total transaksi sepanjang tahun 2024. Angka-angka ini menegaskan posisi Sulsel sebagai salah satu daerah aktif dalam pasar modal.

Namun, meski saham mencatat pertumbuhan tertinggi, instrumen reksa dana masih mendominasi dengan 390.429 SID. Ini menunjukkan bahwa reksa dana tetap menjadi pilihan primadona bagi investor yang menginginkan investasi yang lebih aman dan terdiversifikasi. Pertumbuhan jumlah investor reksa dana mencapai sekitar 18,74% secara tahunan, yang juga mencerminkan minat tinggi masyarakat.

Strategi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan dan Generasi Muda Demi menjaga momentum pertumbuhan ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) Provinsi Sulsel melakukan beberapa strategi untuk menjangkau kelompok yang belum maksimal terlibat, khususnya perempuan dan generasi muda. Menurut Fahmin Amirullah, Kepala Kantor Perwakilan BEI Sulsel, tingkat partisipasi perempuan dalam investasi masih tergolong rendah, berkisar antara 30% hingga 40% dari total investor.

Padahal, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa perempuan menyusun 50,4% dari total populasi. Hal ini menandakan adanya potensi yang signifikan untuk mengembangkan edukasi pasar modal di kalangan perempuan. Program literasi yang difokuskan pada perempuan akan berdampak tidak hanya pada peningkatan jumlah investor, tetapi juga pada kestabilan keuangan keluarga.

Selain itu, generasi muda, khususnya Gen Z, menjadi fokus utama. Mereka adalah generasi yang akrab dengan teknologi dan lebih mudah diajak untuk mengenali investasi digital. Proses investasi yang semakin mudah membuat mereka ideal untuk dikenalkan dengan pasar modal sejak dini. Melalui galeri investasi yang dibuka di berbagai institusi pendidikan, BEI Sulsel berusaha untuk membekali mereka dengan pengetahuan yang cukup untuk memulai investasi.

Salah satu contoh sukses adalah galeri investasi di Universitas Muhammadiyah Makassar yang teraktif di Sulsel. Galeri ini telah mengadakan banyak kegiatan edukatif dan menjangkau ribuan peserta, termasuk pelajar dan masyarakat umum. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan edukatif yang terarah dapat mendorong minat investasi di kalangan generasi muda.

Secara keseluruhan, langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh OJK dan BEI sangat penting untuk memastikan pertumbuhan investor pasar modal yang berkelanjutan. Dengan pendekatan yang menyasar perempuan dan generasi muda, harapannya adalah untuk menciptakan lingkungan investasi yang lebih inklusif dan beragam di Sulsel.