Gejolak Timur Tengah Picu Kepanikan Pasar IHSG Turun dan Rupiah Melemah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada sesi perdagangan terbaru, yang menunjukkan dampak dari situasi geopolitik yang semakin memanas. Ketegangan global, khususnya yang berkaitan dengan konflik di Timur Tengah, telah mempengaruhi persepsi investor di pasar saham domestik.

Data menunjukkan bahwa sampai sore hari, IHSG jatuh sebesar 2,24%, mencatatkan penurunan hingga 155 poin dan berada di level 6.752,09. Hal ini mencerminkan keadaan pasar yang cenderung lesu, di mana banyak saham mengalami penurunan yang cukup tajam.

Dengan 565 saham mengalami koreksi, hanya 106 yang berhasil mencatatkan penguatan, sementara 126 lainnya stagnan. Volume transaksi sebelum penutupan mencapai Rp10,18 triliun, melibatkan sekitar 20,9 miliar saham dalam lebih dari satu juta transaksi yang dilakukan.

IHSG sempat mengalami stabilisasi di sesi pertama, setelah pembukaan yang menunjukkan penurunan lebih dari 2%, namun kembali tertekan di sesi kedua. Tekanan penjualan semakin meningkat setelah pemerintah Amerika Serikat memberikan pernyataan resmi terkait keterlibatannya dalam konflik dengan Iran.

Penyebab Penurunan IHSG: Tensi Geopolitik dan Data Ekonomi Tekanan yang terjadi pada IHSG tidak bisa dipisahkan dari ketegangan yang terjadi di Timur Tengah. Keputusan Amerika Serikat untuk menyerang sejumlah fasilitas nuklir Iran menambah kekhawatiran pasar global. Dalam situasi seperti ini, reaksi investor sering kali bersifat defensif, yang mengakibatkan penurunan signifikan di banyak bursa.

Presiden AS, Donald Trump, mengonfirmasi bahwa serangan militer tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menekan program nuklir Iran yang sudah berlangsung lama. Penggunaan pesawat pembom B-2 dalam operasi ini menandakan bahwa ketegangan ini bukan hanya masalah regional, tetapi telah menjadi isu global yang berdampak pada banyak negara.

Keterlibatan langsung AS juga memicu kekhawatiran tentang kemungkinan meluasnya konflik, terutama jika negara-negara besar lainnya ikut terlibat. Analis mencatat bahwa jika ketegangan semakin meningkat, resiko akan muncul bagi pasar global, termasuk Indonesia.

Sementara itu, parlemen Iran juga membuka kemungkinan untuk menutup Selat Hormuz, yang merupakan jalur penting bagi distribusi minyak global. Keputusan ini akan memiliki implikasi serius bagi pasar energi dan ekonomi global secara keseluruhan.

Dampak Terhadap Nilai Tukar dan Peso Energi Nilai tukar rupiah juga mengalami tekanan yang signifikan, mencatatkan penutupan di Rp16.480 per dolar AS, level terendah sejak Mei 2025. Situasi ini menunjukkan bahwa ketidakpastian di pasar global berdampak langsung pada kepercayaan investor terhadap mata uang domestik.

Indeks dolar AS (DXY) mengalami penguatan, mencerminkan peningkatan minat investor terhadap aset-aset yang dianggap aman. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa pasar sedang berada dalam mode risk-off, di mana para investor cenderung menghindari risiko yang lebih tinggi.

Ketidakpastian terhadap langkah-langkah responsif Iran juga memperparah situasi. Investor merasa waspada terhadap kemungkinan serangan balasan terhadap aset atau personel AS di Timur Tengah, yang bisa memperumit situasi lebih lanjut.

Sejalan dengan itu, proyeksi harga minyak juga menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Kenaikan harga minyak bisa berdampak pada inflasi global, dan berpotensi mendorong angka inflasi tahunan di AS menjadi lebih tinggi.

Strategi Investor: Fokus Pada Aset Lindung Nilai Di tengah kondisi pasar yang tidak menentu, analis memprediksi mode risk-off akan mendominasi pasar dalam waktu dekat. Hal ini menyebabkan banyak investor beralih ke instrumen yang lebih stabil, seperti komoditas dan emas, untuk melindungi nilai aset mereka.

Sejak konflik Israel-Iran meningkat, harga minyak dunia sudah mengalami lonjakan lebih dari 11%. Lonjakan ini menjadi faktor yang menyebabkan kekhawatiran inflasi di banyak negara dan berpotensi memperpanjang periode suku bunga tinggi yang telah lama menjadi momok di pasar.

Kondisi ini menciptakan peluang bagi investor untuk memanfaatkan aset-aset tersebut sebagai pelindung. Adanya ketidakpastian politik dan ekonomi, membuat banyak orang lebih memilih untuk berinvestasi di komoditas yang sudah terbukti bernilai di pasar global.

Secara keseluruhan, perkembangan terbaru dalam konflik di Timur Tengah menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi pasar. Investor diharapkan untuk tetap waspada dan cerdas dalam mengambil keputusan investasi mereka di tengah ketidakpastian ini.