Jejak Tertinggal dalam Laskar Pelangi

Di tengah hiruk-pikuk pembangunan kota besar, kisah inspiratif seperti yang dialami Asrullah Dimas mencerminkan keberhasilan program berbasis kerakyatan. Asrullah, seorang warga yang kini berhasil menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S2, menganggap bahwa jalannya menuju kesuksesan tak akan mungkin tercapai tanpa keberadaan program inovatif yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Makassar.

Pengalaman Asrullah memberi gambaran nyata tentang pentingnya suatu program yang memberi kesempatan kepada masyarakat kecil, khususnya yang tidak berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Melalui program tersebut, ia bisa mengubah nasibnya dari seorang pemuda yang terjebak dalam kemiskinan menjadi seseorang yang berpendidikan dan berdaya saing.

“Saya berasal dari desa di bagian selatan. Orang tua saya tidak mampu membiayai pendidikan lanjut saya, sehingga saya harus bekerja dari pagi untuk mendapatkan uang,” ungkap Asrullah, mengenang masa-masa ketika ia bergabung dengan program tersebut. Dengan semangatnya yang tinggi, ia memulai perjalanan yang penuh tantangan hingga akhirnya bisa meraih impiannya.

Program yang diikuti Asrullah, sering disebut sebagai program Laskar Pelangi, memberikan banyak manfaat bagi dirinya dan rekan-rekannya. Dengan bekerja sebagai petugas kebersihan, ia tidak hanya mendapatkan upah, tetapi juga belajar tentang disiplin, menghargai hasil kerja, serta menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat. Melalui program ini, banyak anak muda di sekitarnya juga merasakan dampak positif yang serupa.

“Kita tidak hanya berkumpul untuk menyapu jalanan, tetapi juga belajar menjadi manusia yang lebih baik. Itu yang membuat kami merasa terhargai,” tambah Asrullah, merasa bangga bisa berkontribusi pada komunitasnya. Namun, ia juga menegaskan bahwa program tersebut kini sudah mulai pudar dan tidak terdengar lagi maka diharapkan ada kebangkitan untuk menjadikannya kembali relevan.

Keberadaan Program Laskar Pelangi di Kota Makassar Program Laskar Pelangi diluncurkan oleh Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan ‘Danny’ Pomanto, sebagai bentuk respons terhadap kebutuhan tenaga kerja di lingkungan pemerintahan. Dengan pelarangan pengangkatan tenaga kontrak, program ini menjadi inisiatif penting bagi para pekerja yang sebelumnya menganggur.

Dengan latar belakang krisis tenaga kerja dan tingginya angka pengangguran di kota tersebut, Laskar Pelangi hadir sebagai solusi konkret. Nama ‘Laskar Pelangi’ sendiri merupakan akronim dari Laskar Pelayanan Publik Berintegritas, yang melibatkan masyarakat untuk memberikan layanan publik, seperti kebersihan lingkungan dan pengadministrasian kelurahan.

“Kami ingin masyarakat yang tidak memiliki kesempatan kerja sebelumnya, kini bisa merasakan manfaatnya melalui program ini. Masyarakat berperan aktif dalam pembangunan kota,” jelas Danny Pomanto, menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan kota. Dia percaya bahwa ketika kota berkembang, semua lapisan masyarakat akan ikut merasakan kemajuan tersebut.

Program ini menyediakan gaji yang progresif, dimulai dari Rp250 ribu dan meningkat hingga Rp2,5 juta, ditambah dengan jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan. Dengan kebijakan tersebut, jelas bahwa kepentingan masyarakat menjadi prioritas utama dalam program ini.

Dampak Sosial dan Kemanusiaan dari Program Ini Meskipun program ini telah menunjukkan berbagai prestasi, ada keprihatinan mendalam setelah masa jabatan Danny berakhir. Sayangnya, pemerintahan yang baru tidak melanjutkan inisiatif tersebut. Danny merasa hancur melihat sebuah program yang telah menyentuh banyak kehidupan kini tidak ada lagi.

“Saya melihat banyak warga yang berhasil melanjutkan pendidikan dan bahkan membangun usaha dari program ini. Keberlangsungan program ini seharusnya menjadi prioritas bagi penerus kami,” keluhnya. Ia menekankan bahwa Laskar Pelangi bukan hanya sekadar program kerja, tetapi merupakan fondasi sosial yang kuat bagi kota.

Dengan munculnya program Laskar Pelangi, hubungan sosial di lingkungan tersebut juga menjadi lebih baik. Peneliti asing mencatat bahwa kekuatan komunitas pendidikan di Makassar terus meningkat, berkat kolaborasi antara berbagai inisiatif masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa program ini juga berperan dalam menciptakan ekosistem sosial yang positif.

“Fungsi kota bukan hanya dalam aspek teknis, tetapi juga sosial. Ketika masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan, di situ kita bisa melihat nilai riil dari kepemimpinan,” tambah Danny, menekankan pentingnya partisipasi warga dalam menciptakan perubahan sosial yang berarti.

Harapan untuk Masa Depan Program Berbasis Masyarakat Di saat-saat seperti ini, harapan muncul dari Asrullah untuk kebangkitan program-program yang mengedepankan kepentingan masyarakat. “Saya percaya Pak Danny adalah pemimpin yang visioner dan kami berharap, meski tidak menjabat, suaranya tetap terdengar dalam memperjuangkan nasib masyarakat,” ungkapnya penuh harap.

Ia juga berharap kepada pemimpin yang akan datang untuk memberikan perhatian lebih terhadap inisiatif semacam ini. “Program seperti Laskar Pelangi bukan hanya tentang menciptakan lapangan kerja, tetapi juga membangun harapan bagi mereka yang tersisih,” tutup Asrullah, sinyal penting bahwa setiap langkah kecil bisa menciptakan dampak yang besar bagi masyarakat. Dengan harapan tersebut, pengalaman bersama Laskar Pelangi akan terus hidup dalam ingatan mereka yang telah merasakannya.