Inflasi Juni 2025 Stabil Namun Perbedaan Harga di Kawasan Timur Perlu Diwaspadai

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data inflasi tahunan untuk bulan Juni 2025, yang menunjukkan angka inflasi mencapai 1,87 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di level 108,27. Angka ini menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan inflasi di bulan yang sama pada tahun sebelumnya, yang mencapai 2,51 persen.

Hal ini menggambarkan bahwa meskipun terdapat beberapa tekanan harga, secara umum inflasi masih terkendali. Namun, beban bagi konsumen tetap ada, terutama pada komoditas penting seperti beras dan berbagai kebutuhan rumah tangga yang menunjukkan tren kenaikan harga.

Provinsi Papua Selatan mencatat inflasi tertinggi di level provinsi dengan angka 3,00 persen, sementara inflasi terendah tercatat di Sumatera Barat yang hanya mencapai 0,45 persen. Selain itu, dalam data BPS, Papua Barat juga mengalami deflasi terdalam sebesar 0,67 persen, yang menunjukkan perbedaan yang signifikan di antara daerah.

Ditinjau dari level kabupaten atau kota, terdapat variasi yang lebih mencolok. Luwuk, Sulawesi Tengah tercatat memiliki inflasi tertinggi sebesar 4,00 persen, menandakan tingkat tekanan harga yang lebih besar dibanding wilayah lainnya. Sebaliknya, Kota Tanjung Pinang mencatat inflasi terendah hanya sebesar 0,07 persen.

Secara bulanan, inflasi untuk bulan Juni 2025 mencatat angka 0,19 persen, dan untuk tahun kalender mencapai 1,38 persen. Komponen inti inflasi, yang mencakup harga barang dan jasa lain mencapai inflasi tahunan di angka 2,37 persen.

Harga-harga pada beberapa kelompok pengeluaran menunjukkan kenaikan, terutama pada sektor yang penting bagi kehidupan sehari-hari. Beberapa kelompok yang paling berkontribusi terhadap inflasi tersebut antara lain adalah perawatan pribadi, makanan, pendidikan, dan kesehatan.

Perawatan pribadi dan jasa lainnya: naik 9,30 persen Makanan, minuman, dan tembakau: naik 1,99 persen Pendidikan: naik 1,82 persen Kesehatan: naik 1,84 persen Penyediaan makanan/minuman (restoran): naik 1,95 persen Transportasi: naik 0,15 persen Peningkatan Nilai Tukar Petani yang Dapat Diperhatikan Selain inflasi, BPS juga mengeluarkan data mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) yang menunjukkan peningkatan sebesar 0,47 persen, mencapai 121,72 pada Juni 2025. Ini mencerminkan perbaikan daya beli petani terhadap input produksi dan kebutuhan konsumsinya.

Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,70 persen, melebihi kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,23 persen. Konsekuensinya, para petani dapat memperoleh hasil yang lebih baik dari usaha mereka.

Di tingkat regional, Jawa Timur mencatatkan NTP tertinggi, yaitu 2,75 persen, menunjukkan adanya penguatan ekonomi khususnya di sektor pertanian di wilayah tersebut. Namun, ada pula kabar kurang baik dari Sulawesi Tenggara yang mencatat penurunan NTP terdalam sebesar 2,84 persen, memberikan sinyal kebutuhan penanganan terhadap kesejahteraan petani yang masih belum merata.

Secara keseluruhan, nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) juga menunjukkan kenaikan, mencapai 0,55 persen menjadi 125,39. Angka ini mencerminkan adanya perbaikan signifikan dalam profitabilitas usaha pertanian rumah tangga.

Kenaikan Harga Beras sebagai Salah Satu Penyebab Inflasi Kenaikan harga beras menjadi salah satu pendorong signifikan inflasi pada bulan Juni 2025. Dari data yang dikeluarkan, beras kualitas medium mendominasi transaksi dengan presentase mencapai 52,65 persen, diikuti jenis premium dan submedium.

Dalam analisis data harga beras, beras premium tercatat seharga Rp13.268 per kilogram, naik 2,05 persen secara bulanan. Jenis beras medium juga naik menjadi Rp12.869 per kilogram, sedangkan jenis submedium mencapai Rp12.675 per kilogram.

Pecah, meski hanya 1,21 persen dari total transaksi, mengalami lonjakan harga cukup signifikan hingga 10,44 persen secara tahunan. Hal ini menunjukkan potensi risiko bagi masyarakat yang banyak bergantung pada jenis beras ini sebagai sumber pangan utama.

Kesadaran atas Ketimpangan Inflasi di Berbagai Wilayah Dari perspektif makro, laju inflasi nasional untuk bulan Juni 2025 masih tergolong aman dan di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh otoritas. Namun, disparitas di antara daerah menunjukkan bahwa pengendalian dan distribusi harga masih perlu perhatian khusus.

Kenaikan harga beras yang terjadi merata di berbagai jenis kualitas mencerminkan masalah sisi produksi dan distribusi yang perlu diatasi, terutama di daerah timur seperti Papua Selatan. Hal ini berdampak pada peningkatan beban bagi rumah tangga yang sudah merasakan lonjakan pada Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT).

Apabila tren kenaikan harga pokok tidak segera diatasi, potensi lonjakan inflasi di paruh kedua tahun ini menjadi ancaman nyata yang perlu diantisipasi. Pemerintah bersama dengan pelaku pasar perlu fokus pada pemeliharaan pasokan pangan agar distribusi barang kebutuhan pokok tetap stabil.

Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan bisa mengurangi ketimpangan inflasi di berbagai wilayah, terutama di daerah yang mengalami tekanan inflasi lebih tinggi. Ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat, terutama petani dan konsumen di tingkat rumah tangga.